BLANGPIDIE – realitasonline.id | Proyek pengerjaan jembatan Krueng Teukuh di Desa Lama Tuha, Kecamatan Kuala Batee, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) yang menggunakan sistem cantilever sudah terhubung ke seberang sungai. Dengan demikian, rakit dari drum bekas berlantai papan yang selama ini menjadi alat transfortasi warga untuk menyebrang diprediksi tidak berfungsi lagi.
Syukur (40) sebagai operator rakit diwilayah setempat, Selasa (24/11) mengakui bahwa pada akhirnya rakit yang selama ini menjadi mata pengcahariannya itu akan segera berakhir untuk mengantarkan warga menyebrangi sungai (Krueng Teukuh). Pasalnya, jembatan yang selama ini menjadi dambaan masyarakat itu sudah hampir tuntas dan rangkaian badan jembatan juga sudah menyentuh abudmen seberang sungai.
“Jika jembatan ini selesai, saya sebagai operator rakit yang sudah menekuninya selama enam tahun lebih terpaksa mencari pekerjaan lain. Apalagi saya ini hanyalah buruh kasar, kalau tak jadi operator rakit lagi ya cari pekerjaan lain pula,” katanya sembari menarik tali rakit secara manual pada saat menyebrangi bantaran Krueng Teukuh.
Selama ini, kata Syukur, warga atau petani sawit yang berkebun dilokasi setempat sudah bertahun-tahun menggunakan rakit untuk menyebrang. Bahkan dalam sehari, Syukur bersama dengan rekannya bisa mengumpulkan uang hingga mencapai Rp.1,2 juta perhari.
Khusus untuk pengendara roda dua (sepeda motor), pihaknya memasang tarif antara Rp.3.000 sampai 5.000 sekali menyebrang. Dalam sehari, ia bisa mengangkut puluhan bahkan ratusan kendaraan roda dua.
“Hasil yang kami dapatkan itu, juga harus kami setor ke pemilik rakit. Kalau untuk kami (operator) mendapat penghasilan masing-masing antara Rp.150 ribu-200 ribu perhari,” ungkapnya.
Meski demikian, Syukur yang sudah 6 tahun menjadi operator rakit tersebut tidak berkecil hati walaupun mata pencaharian andalannya itu harus hilang ditelan bumi untuk selamanya.
“Kita sangat bersyukur jembatan ini bisa cepat selesai. Sehingga, petani akan mudah untuk mengangkut hasil panen dan lebih dekat,” tuturnya.
Sementara itu, Saini (50) salah satu petani sawit asal Pulau Kayu, Susoh ketika sedang menyebrangi sungai dengan rakit membenarkan, kalau jembatan ini sudah menjadi dambaan pihaknya selama bertahun-tahun. Dengan adanya jembatan tersebut, maka kesulitan yang salama ini menghantui dirinya dan petani lainnya akan segera berakhir.
“Jika air dalam sungai meluap, rakit bisa saja tidak menyebrang. Tunggu air surut dulu, baru bisa menyebrang kembali. Inilah yang kami rasakan selama ini, tapi kami tetap berjalan dengan apa adanya. Untuk itu, kami sangat berterima kasih kepada pemerintah yang sudah merealisasikan pembangunan jembatan ini,” pungkasnya.
Proyek jembatan rangka baja sepanjang 60 meter yang menelan anggaran mencapai Rp.12 miliar sumber APBA tahun 2020 sudah terhubung dan menyentuh abudmen seberang sungai. Beberapa pekerja sudah ada yang mulai terfokus pada pembuatan lantai jembatan.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Abdya Ir Moch Tavip MM memprediksi bahwa akhir tahun ini jembatang rangka baja yang dikerjakan oleh PT Multi Putra Inti itu akan segera selesai dan bisa digunakan oleh masyarakat pada tahun 2021 mendatang. “Insya Allah dalam tahun ini, jembatan itu sudah tuntas,” ujarnya singkat. (Zal)